Jakarta — Harga emas batangan PT Aneka Tambang Tbk (Antam) kembali mengalami kenaikan pada perdagangan Kamis, 10 Juli 2025. Harga emas Antam naik Rp 8.000 menjadi Rp 1.902.000 per gram, dari sebelumnya Rp 1.894.000 per gram pada perdagangan sebelumnya.
Sementara itu, harga buyback emas Antam juga tercatat naik sebesar Rp 8.000 menjadi Rp 1.746.000 per gram. Buyback adalah harga yang ditetapkan Antam jika pemegang emas ingin menjual kembali emas batangan mereka ke Antam.
Di sisi lain, harga emas batangan di Galeri 24 Pegadaian justru mengalami penurunan tipis. Harga emas Galeri 24 hari ini turun sebesar Rp 1.000 menjadi Rp 1.873.000 per gram, sementara harga buyback emas Galeri 24 juga turun menjadi Rp 1.742.000 per gram.
Berikut rincian harga emas Antam berdasarkan pecahan per Kamis, 10 Juli 2025:
- 0,5 gram: Rp 1.021.000
- 1 gram: Rp 1.902.000
- 2 gram: Rp 3.744.000
- 5 gram: Rp 9.285.000
- 10 gram: Rp 18.515.000
- 25 gram: Rp 46.162.000
- 50 gram: Rp 92.245.000
- 100 gram: Rp 184.412.000
Sedangkan harga emas Galeri 24 Pegadaian:
- 0,5 gram: Rp 986.500
- 1 gram: Rp 1.873.000
- 2 gram: Rp 3.690.000
- 5 gram: Rp 9.157.000
- 10 gram: Rp 18.264.000
- 25 gram: Rp 45.546.000
- 50 gram: Rp 91.019.000
- 100 gram: Rp 181.949.000
Kenaikan harga emas Antam hari ini sejalan dengan pergerakan harga emas global yang menunjukkan penguatan tipis akibat tekanan data inflasi Amerika Serikat yang lebih rendah dari perkiraan, serta melemahnya dolar AS.
Meskipun demikian, harga emas di pasar lokal juga masih dipengaruhi oleh pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS serta permintaan domestik, terutama mendekati masa tahun ajaran baru dan persiapan Idul Adha yang sering menjadi momen banyak masyarakat menjual maupun membeli emas.Sebagai informasi, harga emas Antam sudah termasuk PPh 22 sebesar 0,25 persen untuk pemegang NPWP. Apabila tidak memiliki NPWP, akan dikenakan potongan pajak lebih tinggi sebesar 0,45 persen.
Dengan tren kenaikan harga ini, emas batangan tetap menjadi salah satu instrumen investasi yang diminati masyarakat di tengah ketidakpastian ekonomi dan fluktuasi nilai tukar yang terjadi saat ini.
(*)
Editor : Redaksi