Padang - Kota Padang kehilangan sosok wanita tangguh berhati mulia di penghujung bulan Juni. Nurma Kasim, seorang bidan senior yang telah melakukan banyak kebaikan terhadap sesama, menghembuskan nafas terakhirnya pada Jumat, 27 Juni 2025/1 Muharram 1447 H.
Nurma Kasim meninggal dunia di usia 88 tahun di RSUP M Djamil Padang sekitar pukul 23.52 WIB, dilepas oleh anak-anak tercintanya. Anak-anak yang telah sukses ia besarkan dengan penuh kasih sayang dan cinta yang tak putus.
Tampak kerabat dan orang-orang yang mencintai Nurma Kasim silih berganti mendatangi rumah duka di Komplek KAI, Jalan Betawi No.29, Kota Padang.
Kedatangan mereka bukan hanya untuk berbelasungkawa, namun untuk mengenang dan saling bertukar cerita tentang hal-hal baik yang telah almarhumah lakukan sesama hidupnya. Sepenggal kisah yang menghantarkan beliau ke tempat peristirahatan terakhirnya.
Kenangan indah tentang sosok wanita kelahiran Balai Selasa, 31 Oktober 1937 itu tidak hanya membekas di ingatan orang-orang terdekatnya saja, namun juga bagi kelima anaknya yang menjadi saksi perjalanan hidup Nurma Kasim dalam menggapai semua keinginan agar mereka tumbuh menjadi pribadi yang kuat dan sukses dalam segala hal.
Sosok Nurma Kasim di Mata Anak-anaknyaAnak tertua Nurma Kasim, Ns.Devi verini SKep.MKes yang merupakan Mantan Kabag Umum RSUP M Jamil Padang saat ditemui di rumah duka, menyempatkan waktu untuk berbincang dengan awak media, untuk sekedar bercerita, mengenang sosok ibu yang menjadi tauladan baginya maupun adik-adiknya.
Devi yang saat ini mengurus Universitas Syedza Saintika di Padang menceritakan, almarhumah dikenal sebagai sosok bidan yang ramah dan suka membantu sesama. Nurma Kasim memulai karirnya sebagai bidan di RSUP M Djamil. Namun karena tidak bisa meninggalkan anak-anaknya yang waktu itu masih kecil, beliau memutuskan untuk pindah sebagai bidan profesional di PT KAI.
Banyak prestasi dan kepercayaan yang diberikan kepada Nurma Kasim. Beliau pernah menjadi utusan Sumatera Barat untuk lomba KB tingkat Nasional dan berhasil meraih juara satu sekitar tahun 80an.
Almarhumah menyelesaikan tugasnya sebagai bidan pada tahun 2009, memutuskan untuk menghabiskan hari tua di rumah, memasak, membaca buku dan lebih banyak memanfaatkan waktu untuk anak-anaknya, namun kebaikan yang ada dalam dirinya tidak pernah pudar. Ia masih menerima pasien yang kurang mampu di rumahnya sebagai wujud syukur atas ilmu yang bermanfaat bagi orang banyak.
Editor : Redaksi