Kedua adalah pendekatan struktural berbasis rekayasa. Pada mitigasi jangka panjang untuk gempa dan tsunami megathrust, tata ruang, penguatan bangunan tahan gempa dan penyesuaian bangunan untuk lebih adaptif terhadap tsunami diperlukan untuk meminimalkan dampak bencana.
Ketiga, pendekatan non-struktural berbasis masyarakat dan teknologi.
Baca juga: Kejari Pasaman Bagikan Jumat Berkah
“Sekali lagi Saya ingin menekankan bahwa perubahan perilaku masyarakat bisa diakselerasi dengan teknologi termasuk pemanfaatan AI untuk simulasi bencana, evakuasi dan kedaruratan. Selain itu, aspek kearifan lokal seperti “Rumah Panggung” di Sumatra Barat, dikombinasikan dengan riset etnografi untuk adaptasi budaya yang relevan digunakan di era teknologi,” tambahnya.
Di akhir sambutannya, Kepala BNPB Suharyanto mengatakan “Bencana urusan bersama, untuk itu mari bekerja dalam ritme yang sama, tidak sendiri-sendiri, sehingga tujuan bersama kita menuju resiliensi berkelanjutan bisa kita wujudkan,” kata dia.(*)
Editor : Redaksi